Explore Eropah [Part 2] : The first winter experience, Paris

Table of Contents
Setelah  perjalanan panjang, Air France mengantarkan kami di Charles de Gaulle , Paris.  Dengan rasa exciting yang mengalahkan rasa lelah dan jetlag, kami melewati proses Imigrasi dengan lancar walaupun agak sedikit tersesat untuk menemukan lokasi Imigrasi tersebut, entah kami yang tidak ahli dalam membaca signboard yang ada atau memang petunjuknya kurang jelas. Antrian Imigrasi sudah sangat panjang, untungnya kami bertemu dengan keluarga kecil Indonesia yang sedang liburan, sehingga kami mendapatkan prioritas untuk process imigrasi. Thanks to rule yang memberikan prioritas pada keluarga yang membawa balita, sehingga kami bisa ikut “nebeng” fasilitas tersebut.

Udara dingin masih menusuk tulangku, walaupun aku sudah menggunakan jaket tebal, musim dingin belum berlalu, suhu udara masih dibawa 10 derajat. Airport masih begitu sepi, toko toko masih banyak yang tutup, padahal kami masih harus menunggu beberapa jam sebelum jam keberangkatan kereta ke Lyon. Ah, untunglah ada coffee corner yang sudah buka, segelas coffee panas dengan sepotong roti rasanya sangat pas walaupun kami agak berat untuk membayarnya, karena harganya yang begitu mahal menurut kantong kami

Sambil menunggu waktu keberangkatan train dari Paris de Gaulle train station menuju Lyon (train stationnya berada di aiport) iseng iseng saya mengecek harga tiket keberangkatan pada jam yang sama dan harganya sudah naik hampir 3 kali lipat, huufffff, what a luck we bought it earlier. Di train station yang di airport memiliki ruang tunggu yang heaternya lumayan hangat.

Lyon
Setelah 2 jam perjalanan dengan kereta cepat TGV, kami tiba di Lyon, Rita dan Phillip sudah datang menjemput. Selama perjalanan ke rumah kami seperti orang kampung masuk kota, terpesona melihat lingkungan yang benar-benar berbeda, semua bangunan bergaya Eropah (lah iya lah, wong di Eropah). Setelah acara kangen-kangenan kami harus packing untuk start explore Eropah rute pertama (padahal masih jetlag dan adaptasi dengan musim dingin disini).

Walaupun udara diluar dinginnya setengah mampus, kami masih nekat keluar untuk dinner di salah satu restoran dikawasan/area Merciere, dekat Place Jacobin. Kami berusaha berjalan agak cepat berusaha mengalahkan rasa dingin, ingin masuk cepat-cepat ke ruangan dengan heaternya untunglah tidak perlu berjalan jauh dari parkiran.

Restaurant tempat kami makan sangat unik, didesign dengan konsep "traditional" dari papan tapi bergaya modern.
Mengenai makanan aku serahkan ke Phillipe untuk memilih, soalnya nggak ngerti menunya. Perjuangan melawan dingin untuk kembali ke rumah dimulai lagi...gambate
Lyon

Post a Comment