Cerita Mistis saat Pendakian Semeru

Table of Contents
Begitu kami turun dari Kalimati kami mendapatkan cerita mistis  dari teman yang tidak ikutan muncak Mahameru. Ceritanya pada saat kemarin sore kami mandi di Kalimati, ya benar kami mandi di Kalimati di “pancuran” yang biasanya para pendaki mengambil air minum. Jangan tanya bagaimana tekniknya kami mandi dalam keadaaan yang sedikit “open space” itu, yang bisa aku katakan bagaimana dinginnya air tersebut saat menyentuh kulitku, rasanya seperti ada es yang menempel apalagi saat airnya menyentuh kepala, rasanya seperti ada yang memukul mukul kepalaku.
Story
Pada saat pulang hari sudah agak gelap, kita lupa membawa headlamp dan semakin komplit, kita tidak tahu jalan pulang ke lokasi tenda, kami tidak bisa menemukan jalan setapak yang mengarah ke arah tenda. Jantung sudah muali berdebar dag dig dug, berharap agar Harry aware bahwa kami belum kembali ke tenda dan mencari kami. Dari jauh terdengar suara pendaki lain dan saat kami berteriak mereka akhirnya menunggu dan mengarahkan kami ke jalan setapak yang benar.  Jadi sampailah kita di basecamp dengan selamat walaupun sudah berhasil membuat cowok-cowok baik hati itu kuatir (yang merasa pasti ngangguk-ngangguk baca ini), Harry sudah ada setengah jalan mencari kita, mukanya kusut sepertinya baru bangun tidur.

Oh iya, kembali ke cerita awal. Menurut info pak Sulis (porter), jadi waktu selesai mandi kemarin kami “ada” yang mengikuti kami  pulang ke tenda, 1 orang ibu dengan 2 orang anaknya (laki & perempuan) dan seorang lagi perempuan telanjang karena aku yang kebetulan “in my monthly period”, (sesuatu banget ya pas nanjak2 malah lagi dapet) tidak minta ijin untuk mandi disitu. Walaupun kami tidak membuang apapun disitu, seharusnya katanya 'minta ijin'. Jadi pas kami lagi nanjak, teman yang kebetulan tidak nanjak “digangu” mereka. Bukan diganggu yang aneh aneh sih, tetapi teman saya itu merasa dingin sekali walaupun sudah menggunakan sleeping bag berlapis lapis. Bahkan posisi sleeping bag nya sudah tidak terlalu jauh dari api unggun yang sengaja dibuat Pak Sulis.  Menurut Pak Sulis teman saya itu dipeluk sama wanita telanjang tersebut makanya dia kedinginan terus. Malam itu  Pak Sulis tidak mengatakan apa-apa karena takut teman saya itu ketakutan jadi baru paginya diikasi tahu.

Dan Rona pun katanya ditebengi sehingga badan Rona itu begitu berat saat naik ke puncak, sampai porter saja meyerah untuk menariknya ke atas. Menurut Pak Sulis kami tidak perlu kuatir lagi karena dia sudah membuat “ritual” seperti cara lain untuk berkata “i am sorry” dan tambahannya, ternyata lokasi kami nenda merupakan lokasi yang sedikit angker. Pantesan hanya tenda kami saja yang berdiri disana dan Pak Sulis diam saja saat kami minta tenda didirikan disana.
Kalimati

Post a Comment