Catatan perjalanan Situs Megalikum Gunung Padang (Cianjur,Jawa Barat)
Table of Contents

Berangkat Jum'at 13 Juni 2014 sekitar pukul 16.30 dengan bus menuju Cianjur - Jawa Barat, perjalanan seharusnya sekitar 3-4 jam, tetapi karena macet kami baru sampai sekitar 23.00 yang disambut oleh gerimis dan udara yang dingin. Badan sudah sangat lelah, rasanya ingin langsung tidur tetapi kami harus mendengarkan briefing dari Pak Nanang, guide kami sekaligus juru kunci Gunung Padang. Tidak ada hotel didaerah ini, jadi biasanya wisatawan akan tinggal di rumah warga, kita sendiri tinggal dirumah Pak Nanang ini.

Sebenarnya rencana malam ini adalah hunting memotret bulan di Gunung Padang setelah briefing (bagi yang mau), tetapi karena hujan dan Pak Nanang yang keasyikan bercerita mengenai sejarah Gunung Padang rencana tersebut batal. Sudah lebih 1 jam berlalu Pak Nanang masih asyik bercerita, sudah tidak ada lagi yang saya mengerti, suaranya seperti memantul dari telinga saya, dengan tatapan mengantuk saya menatap Pak Nanang berharap ia mengerti, tetapi sepertinya ia tak mengerti.
Saya lihat sekeliling banyak teman-teman yang matanya sudah merem (mungkin sudah bermimpi berada di puncak Gunung Padang sambil moto bulan), ada yang sibuk menggoda teman yang lain, berusaha mencari keasyikan sendiri supaya tidak jatuh tertidur. Untunglah cerita itu usai juga setelah hampir 2 jam, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dinihari, kami hanya punya waktu tidur sekitar 3 jam karena harus bangun lagi sekitar jam 4.30 untuk hunting sunrise.

Sekitar jam 4.45 kami berangkat ke puncak gunung Padang, kami mengambil jalur yang lebih landai mendaki sekitar 500 anak tangga yang sudah disemen. Medannya tidak berat tetapi kita harus tetap berhati-hati karena hari masih agak gelap dan jalanan agak licin setelah hujan kemarin malam. Ada jalur yang lebih menantang yaitu mendaki sekitar 370 anak tangga dengan kemiringan sekitar 40 derajat, untuk mencapai puncak (teras pertama) kira-kira 10-20 menit.

Situs Gunung Padang ini terdiri dari 5 pelataran (teras), ketinggian setiap teras tidak berbeda jauh (mungkin hanya sekitar 30-50 cm), kecuali antara teras 1 dan 2, jaraknya sedikit lebih tinggi dari teras-teras yang lain. Menurut Pak Nanang, teras yang pertama disebut dengan pamuka lawang atau Pembuka Pintu, ditandai dengan ada dua buah batu yang berdiri posisinya seperti pintu, lokasinya berada paling bawah.
Teras kedua disebut dengan bukit masigit karena batuan-batuan yang terbentuk di teras tersebut menyerupai masjid, disini terdapat batu lumbung, batu kursi, batu berbentuk pusaka Kujang (benda pusaka Jawa Barat).

Teras ketiga disebut dengan mahkota dunya atau Mahkota dunia, terdapat batuan yang memiliki telapak maung (harimau). Teras keempat ada yang menyebut tapak kujang, ada yang menyebut batu kanuragaan, disini terdapat batuan besar yang katanya untuk uji fisik tapi batu ini telah dipindahkan. Sedangkan teras yang paling atas disebut dengan singgasana, merupakan teras utama untuk pemujaan. Situs Gunung Padang sejajar dengan Gunung Keneng, Gunung Gede dan Gunung Pangrango (dipercaya sebagai kiblat situs megalitikum Gunung Padang
Setelah sarapan dan berbenah kami melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta Lampegan dengan bus kurang lebih 1-2 jam.
Stasiun ini dan Curug Cikondang merupakan "paket" yang bisa dikunjungi pada saat kita mengungjungi Gunung Padang. Di stasiun ini kita menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam saja untuk hunting foto karena disini terdapat terowongan sepanjang 686 meter yang masih dipergunakan sebagai lintasan kereta.
Dari stasiun ini kami akan melanjutkan perjalanan ke Curug Cikondang dengan angkot karena bus kami tidak bisa akses ke lokasi curug tersebut. Rombongan dibagi kedalam 2 angkot dan beriringan kami berangkat menuju curug Cikondang. Akses jalan ke curug ini tidak begitu bagus, hampir setengah perjalanan rusak, untunglah kami sampai juga ke pos perhentian walaupun sempat harus berjalan beberapa meter pada saat jalanannya sangat rusak.

Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi curug dengan berjalan kaki. Jaraknya tidak begitu jauh, kurang lebih 20 menit dengan medan yang tidak berat dan sebelum sampai ke curug ini kita akan melewati kebun teh. Curug Cikondang ini tidak begitu tinggi tetapi viewnya lumayan bagus sayang airnya tidak aman untuk mandi karena mengandung merkuri, lokasi curug ini dekat dengan pertambangan emas
Perjalanan pulang dari curug ini ditempuh melalui jalur yang berbeda, lebih jauh tetapi jalanan tidak rusak. Sepanjang perjalanan kami berbagi cerita, pengalaman selama melakukan trip dan backpacker. Sepertinya kami sudah bercerita dari sabang sampai merauke (hiperbola) bahkan sudah bercerita sampai negara lain, perjalanan tidak sampai juga ke tujuan. Perjalanan pulang dari curug ini seperti "sharing & meet up backpacker" karena hampir semua bercerita mengenai pengalaman lucu, menyebalkan, menyenangkan dan lain sebagainya. Untunglah kami tidak perlu kehabisan cerita, akhirnya kami sampai juga di meeting point dan perjalanan dilanjutkan dengan bus menuju Jakarta.
curug citambur keren sekalii ...