A getaway trip to Sangiang Island, Banten
Table of Contents
Kami akan dijemput di halte Slipi sekitar jam 22.00 oleh rombongan dari terminal Kampung Rambutan. Tetapi jam sudah menunjukkan pukul 23.00 bis yang dimaksud belum nongol juga padahal sudah begitu banyak bis dengan jurusan yang sama lalu lalang. Entah sudah berapa banyak nyamuk yang kenyang dengan darah kami ditambah kami ditemani orang-orang yang penampilannya agak sedikit menyeramkan (atau nyentrik?).
Hati semakin deg deg syer, plus entah sudah berapa banyak bus jurusan Cilegon yang lewat hingga kami dirasuki rasa cemas, takut kalau teman teman yang kami tunggu sudah lewat, tetapi untunglah bisnya akhirnya muncul juga jam 12 malam (2 jam menunggu di halte rasanya sesuatu banget).

Kami sampai di Cilegon sekitar jam 2 pagi, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan angkot ke dermaga tetapi karena kapal baru akan berangkat jam 5 pagi, maka 3 jam yang tersisa kami numpang tidur di teras mesjid di kota Anyer dekat pelabuhan. Setelah sholat Subuh kami naik angkot sekitar 10 menit ke dermaga, dan kapal berangkat sekitar 5.30 pagi setelah urusan perijinan selesai.
Perjalanan dengan kapal sekitar 2 jam, cuaca agak mendung tetapi ombaknya tampak bersahabat sehingga kami memutuskan untuk snorkeling saja dulu setelah sarapan dan baru siang melakukan trekking.

Spot pertama yang kami tuju adalah Batu Raden, tidak jauh dari pos Sangiang. Di tempat ini karangnya tidak terlalu bagus, banyak karang yang mati, sungguh menyedihkan.

Puas dilokasi ini kami berangkat ke spot kedua, Legon Waru lebih bagus dari yang pertama tapi arus sudah mulai kencang sementara langit belum menampakkan tanda tanda akan show off warna biru cerahnya. Walaupun arus agak deras kita having fun aja,gaya-gayaan loncat dari kapal (maklum beraninya cuma dari kapal doang).

Letih meloncat loncat kami melanjutkan perjalanan ke spot terakhir yaitu Legon Bajo. Disini terumbu karangnya jauh lebih bagus dan juga ikan-ikannya lebih banyak tetapi arus pun semakin kencang, kita seperti bermain selancar melawan arus (agak lebay).


Sebelum kembali ke pos kita muter-muter pulau Sangiang, menikmati view tebing-tebing tinggi yang seperti tembok raksasa membatasi laut dengan daratan. Hempasan ombak tampak terlihat begitu kencang menerpa batu batu di sekitar tebing, menimbulkan suara yang lumayan kencang. Kita kembali ke pos untuk makan siang, sebelum melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu trekking ke gua Kelelawar dan "Bukit Uluwatu-nya" pulau Sangiang.

Perjalanan ke gua Kelelawar ini sekitar 30 menit dari pos. Untuk menuju kesini kita melewati perkampungan penduduk. Terik matahari terasa membakar kulit saat berjalan di jalan setapak, untung pemandangannya lumayan bagus, sesekali kami berpapasan dengan wisatawan lain dan juga penduduk lokal.


Riuh suara kelelawar dan ombak yang menghempas bebatuan berlomba lomba memecahkan keheningan hutan. Sepertinya para kelelawar ini insomnia karena siang-siang begini mereka sudah "bangun", disini kita hanya photo-photo saja.



Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke bukit "Uluwatu" yang jaraknya tidak jauh dari gua ini tetapi agak menanjak, jarak sekitar 20 menit.

Pemandangan dari atas menurutku sih biasa saja, tetapi waktu kita turun kebawah, pemandangannya bagus dan unik tetapi sayang medan untuk turunnya sedikit berat. Kita harus turun tebing bukit sekitar 2 meter kebawah dengan bantuan tali dan tidak adanya "step-step" yang dibuat untuk turun sehingga team kami yang turun hanya 4 orang.

Dibawah ada satu sisi laut yang warna airnya sangat biru dan jernih dan disini banyak ikan-ikan yang sangat besar yang terjebak dan tidak bisa kembali ke laut lepas, tetapi ombak disini sangat tinggi sehingga tidak ada yang berani untuk mendekat lebih dekat.

Kami kembali ke pos dengan mengambil jalur yang sedikit berbeda, melewati Pantai Pasir Panjang dengan hamparan pasir putih yang cukup luas dan kembali ke pos untuk persiapan pulang ke Jakarta


trip-nya keren2 ...