Pendakian nyantai Gunung Papandayan
Table of Contents
Kami tiba di terminal Guntur sekitar jam 10.30 dan langsung menuju rumah kang Arif (temannya Harry) di Bayongbong, sekitar 1 jam perjalanan. Saat di terminal Guntur ada kejadian yang agak mengesalkan, sebelum kami naik angkot kami sudah menginformasikan tujuan kami dan supir tersebut mengiyakan, backpack kami pun disusun rapi diatap angkot. Karena angkot masih kosong, kamipun harus menunggu sekitar setengah jam tetapi begitu si supir meminta ongkos waktu angkot mau berangkat dia meminta tarif yang lebih tinggi dari tarif tujuan kami sehingga kami menekankan lagi tujuan kami dan mendadak si supir bilang dia tidak lewat situ, tapi langsung ke Cisurupan. Haloooooo??? Dari awal kami sudah info tujuan kami, penantian setengah jam yang sia-sia, untungnya seorang supir angkot menawarkan diri untuk mengantarkan kami dengan tarif yang biasa

Untuk ke Mt. Papandayan dari terminal Guntur bisa langsung naik angkot ke Simpang Cisurupan(sekitar 1 jam) dan kemudian dilanjutkan naik mobil pick up ke Base Camp David, Mt. Papandayan (sekitar 1 jam).

Kami diantar ke Basecamp David sekitar jam 3 sore oleh seorang teman, tetapi jangan tanya bagaimana 10 orang bisa dimuat dalam 1 mobil (susunan ikan kembung pastinya). Sampai di basecamp kami tidak langsung naik (benar-benar pendakian nyantai), diskusi yang belum selesai dirumah dilanjutkan lagi disini sambil menikmati bala bala (bakwan) dan secangkir kopi, baru sekitar jam 5.30 sore kami mulai naik.

Track pendakian Papandayan ini berbatu-batu tetapi tidak terlalu menanjak, bau belerang dari kawah sangat menusuk hidung (sebaiknya bawa masker).
Setelah 2 jam perjalanan kita tiba di pos kedua kedua pendakian dan kita diwajibkan untuk melapor kembali. Ditempat ini ada warung-warung tempat beristirahat sambil minum kopi/teh panas ditemani gorengan panas, lumayan menghangatkan badan ditengah hembusan angin malam yang dinginnya menusuk kulit.
Dari pos ini ke Pondok Saladah sekitar 1 jam lagi dan akhirnya kami pun sampai sekitar jam 9 malam setelah perjalanan 3.5 jam (normalnya sih 2-3 jam). Cowok-cowoknya menyiapkan tenda (keren deh, tenda kami diantara bunga-bunga edelweis) dan cowok-cowok ini juga yang memasak (ceweknya cuma berdua, so we deserve to get spoiled, don't we?.

Di lokasi camping ini ada juga yang jualan minuman dan makanan kecil lainnya, sedikit merusak "feel" of the camping. Langit malam ini dipenuhi bintang-bintang, aku paling suka pemandangan indah ini. Berbaring di rerumputan, menatap tebaran bintang dilangit sambil mendengarkan musik dan sesekali memejamkan mata, mencoba melukiskan pemandangan indah ini didalam pikiran berharap bisa aku bawa pulang.

Bangun pagi (sebenarnya memang tidak bisa tidur sih), berharap mendapatkan sunrise tapi ternyata dari pondok saladah ini view sunrise terblock dengan bukit-bukit yang mengelilinginya tapi malah memperlihatkan pemandangan yang indah, gradiasi warna pohon-pohon dibukit yang disinari matahari, seolah olah warna pohon-pohon di bukit tersebut terdiri dari dua warna, cakeeeeeep.


Oh iya, saat sarapan kami dikejutkan dengan suara penjual tahu yang berkeliling, awalnya kami kira itu suara orang-orang iseng tetapi ternyata penjual benaran, ampuuuun udah kaya dirumah aja. Orang-orang yang camping disini pun kurang menjaga kebersihan, membuang sampah sembarangan, mungkin karena medan yang gampang untuk sampai Pondok Salada ini, yang datang kemari bukan hanya grup pencinta alam tetapi banyak juga warga lokal.
Karena niatnya kami mau ke death forest, kami akan menggunakan jalur yang berbeda untuk pulangnya biar menghemat waktu dan jarak.

Post a Comment