Mendaki Rinjani dari Jalur Sembalum

Table of Contents
Pendakian Rinjani! Dengan track record pendakian gunung ku yang masih bisa dihitung pakai jari, bisa dibilang aku cukup berani. Ini semua karena pembatalan penerbangan Air Asia ke Adelaide. Aku sebenarnya bukan seorang pendaki, tetapi keindahan gunung Rinjani sangat memukau dan menggodaku. Saat aku memutuskan untuk ikut aku cukup mengenal "siapa aku", kemampuanku, daya tahan tubuhku dan kekuranganku dan aku merasa cukup percaya diri aku mampu. Jalur yang kami ambil adalah naik melalui Sembalun dan turun dari jalur Senaru.
Jumbo backpack to Rinjani
Begitu keluar dari pintu kedatangan bandara Lombok, akan banyak sekali supir yang akan menawarkan jasa mereka untuk mengantarkan ke tempat wisata termasuk ke Sembalun atau Senaru, pintu awal pendakian ke Rinjani. Dengan mobil yang sudah saya pesan sebelumnya kami pun meluncur ke Sembalun. Kurang lebih 1.5 jam setelahnya kami sampai di Pasar Aikmel untuk belanja kebutuhan logistik selama pendakian. 

Tidak banyak sih yang harus kami beli, paling cuma sayur sayuran karena kami telah membawa lauk matang seperti rendang, tempe orek, kentang goreng (lumayan banyak juga sih lauknya). Layaknya pasar tradisional semua yang dijual disini bisa ditawar kok, tapi bukan kaya beli baju di pasar Sukawati ya. Kalaupun tidak ditawar juga tidak apa-apa, karena harganya adalah harga pasar pada umumnya.
View perjalanan ke Sembalun
Kurang lebih satu jam perjalanan terakhir dari 3 jam perjalanan, kita akan disuguhkan pemandangan yang keren sekali. Di sebelah kiri jalan dihiasi dengan gugusan bukit bukit hijau dengan lekukannya yang indah. Sangat sangat refreshing!

Kantor Balai TNGR berada di sebelah kiri jalan di desa Sembalun Bumbung tidak jauh dari gerbang start point pendakian, di pos ini kita harus mengisi daftar tamu dan membayar uang masuk Rp. 20.000/orang. Tidak banyak pendaki yang kami temui saat kami melakukan pendaftaran, mungkin sudah berangkat atau pendakian memang sedang  tidak ramai.

Untuk menghemat waktu kurang lebih 1 jam, pendaki bisa naik pick up dari gate depan pendakian di sebelah pos pendakian dengan biaya Rp. 150.000/pick up atau kalau tetap mau jalan ya bisa juga sih. Atas saran seorang teman traveller, kami mengambil jalur penduduk dari desa Sembalun Lawang sekitar 500m dari Sembalun Bumbung karena pemandangannya lebih bagus.
Ready untuk mendaki Rinjani
Setelah melakukan persiapan, kami pun memulai pendakian sekitar pukul 12.30 siang. Bukan hanya kami pendaki yang memakai jalur ini, ada beberapa grup bule turun dari jalur ini. Dengan pakaian yang sudah mulai kucel penuh  debu dan keringat. Mereka tampak begitu kelelahan, terduduk di teras warung kami berada padahal mereka hanya membawa daypack. Bagaimana dengan kami nantinya?  Kebanyakan bule ikut tour pendakian Rinjani dari operator lokal dengan fasilitas full service, semua barang dibawakan oleh porter. Harga porter sebesar Rp. 150.000/hari, biasanya staff TNGR akan menawarkan apakah kita membutuhkan guide/porter. Kami dengan pede-nya tidak menggunakan satu porter pun, ceritanya menantang diri sendiri.
Jalur trekking ke pos 1 Sembalun
Jalur trekking ke pos 1 Sembalun
Track awal pendakian melalui jalur ini adalah ladang penduduk, jembatan penghubung sungai yang sedang kering dan padang savana. Warna ilalang sudah mulai berubah menjadi kuning kecoklatan, perpaduan yang sangat indah. Saat pandangan kita layangkan jauh kedepan, pemandangan gundukan gundukan bukit hijau memanjakan mata.
landscape jalur pendakian rinjani jalur sembalun
Medan pendakian ke pos 1 masih relatif landai tetapi sesekali ada juga tanjakan yang harus dilewati walau tidak begitu terjal/tinggi. Karena hampir sebahagian besar track jalur ini adalah padang savana, maka terik matahari akan langsung menerpa ubun-ubun kepala. Disarankan untuk pemakai pelindung kepala dan juga sunblock khususnya jika pendakian berlangsung di pagi/siang hari dan bawa air minum secukupnya. Tidak ada sumber air minum sampai dengan pos 3 (di pos 2 sumber airnya lebih sering kering)
landscape jalur pendakian rinjani jalur sembalun
Awal pendakian begitu berat, apalagi matahari bersinar sangat panas seolah olah sedang menguji kami, hampir setiap dua jam sekali kami berhenti untuk beristirahat. Apalagi saat menemukan pohon tinggi dan rindang, pasti kita secara otomatis langsung menepi seolah olah pohon rindang tersebut sangat langka, tetapi memang benar sih pohon pohon rindang sangat jarang di track ini. Beberapa group pendaki yang kelihatannya sudah memiliki jam terbang tinggi beberapa kali melewati kami, sedangkan kami berjalan sedikit lambat apalagi ditambah dengan dua wanita yang sibuk mengabadikan pemandangan yang ada.
Pos 1 Rinjani jalur Sembalun
Ada rasa lega dan bangga saat akhirnya berhasil sampai pos 1 (baru pos 1 padahal), pendaki yang tadi sempat melewati kami menyapa ramah dan berbincang bincang, mengenalkan diri. Pendakian dari pos 1 ke pos 2 terasa lebih ringan, selain karena badan sudah mulai menyesuaikan, matahari pun sudah mulai meredup. Satu jam terakhir perjalanan ke pos 2 kami ditemani pemandangan yang menakjubkan, semburat jingga di ufuk barat, sang mentari berpamitan ke peraduan malam.
Sunset hari pertama di Rinjaniimg>
Hanya ada beberapa tenda yang berdiri di pos 2, banyak yang memilih tetap melanjutkan perjalanan ke pos 3, berjalan di bawah penerangan bulan dan headlam. Udara masih saja terasa dingin menusuk kulit padahal aku sudah memakai baju berlapis lapis, tetapi godaan taburan bintang di langit malam sangat menggoda. Mencoba mengabadikan milky way dengan kamera, tetapi sayangnya aku belum berhasil, tak mengapa mataku sudah menyaksikannya dan otakku sudah merekamnya.
Sunrise hari pertama di RinjaniSang mentari sedang sangat berbaik hati dengan kami,  mengintip dari balik bukit di ufuk timur dan perlahan memamerkan dirinya. Menyaksikan pemandangan seperti ini  sambil menikmati secangkir kopi bukanlah sesuatu yang bisa kita dapatkan setiap hari. Bangun pagi di gunung? Ga masalah! Tapi jangan tanya kalau pas hari kerja ya.
Sunrise hari pertama di Rinjani
Penasaran dengan info mengenai sumber air di pos ini, aku dan Harry menuju spot sumber air yang berada di bawah jembatan yang kita lewati dalam perjalanan pos 1 ke pos 2, kurang lebih 7 menit lah. Ini masih bulan Mei, musim hujan belum lama berlalu tetapi sumber air di sini kering. Air yang keluar dari dinding tebing sangat kecil, bisa berjam jam untuk menampung 1 botol aqua padahal ada beberapa orang yang saya lihat membawa botol. Hanya ada genangan-genangan kecil air di bebatuan saat kita berjalan agak jauh kedalam jalur aliran sungai ini. Lebih baik persiapkan stock minuman sampai pos 3 atau bisa mengambil air sungai di post bayangan 3 tetapi  menuruni tebing/batu yang agak terjal.

Post a Comment