Pulau Kenawa yang menawan, Sumbawa

Table of Contents
Sampai di Pelabuhan Kahyangan sekitar jam 4 langsung buru-buru membeli tiket kapal agar bisa langsung menyebrang karena kita sudah molor dari schedule awal. Kapal ini akan membawa kita menyebrang ke Pelabuhan Pato Tano di Sumbawa (perjalanan sekitar 2 jam). Dari pelabuhan ini kita perlu menyebrang lagi ke pulau Kenawa dengan kapal kayu sekitar 15 menit perjalanan dengan biaya sekitar Rp. 200.000 - Rp. 300.000 tergantung nego. Disarankan untuk tiba disini tidak terlalu sore karena ombak cenderung tinggi apalagi sore hari dan kapal kayu tidak mau maengantarkan kita ke Pulau Kenawa. Begitu keluar dari kapal kita harus berjalan sekitar 10 menit ke arah pintu keluar dan disebelah kiri jalan ada dermaga (dibelakang toilet umum) akan ada beberapa kapal kayu yang sedang berlabuh. Atau ada juga yang akan menaarkan jasanya pada saat kita keluar kapal, seperti yang kami alami.  Kami mendapatkan kapal dengan harga Rp. 300.000 untuk pulang pergi, bisa lebih murah seharusnya tetapi saya sedang agak malas menawar lagian masih dalam range harga kami.


Saat kami tiba hanya ada kapal Sailing Lombok yang sedang berlabuh, beberapa orang tampak snorkling di tepi pantai, menurut info dari nahkodanya mereka malam ini akan menuju Pulau Moyo. Tidak ada pepohonan di di tengah tengah pulau, pepohonan hanya ada di pingir pingir pantai, begitu luasnya pulau ini tapi hanya tenda  kami yang berdiri disini. Sedangkan 1 team lagi yang baru sampai tidur di saung, tidak jauh dari pantai. Pulau ini serasa milik kami pribadi. Walau kelihatannya tidak ada apa-apa tetaplah berhati hati, kita tidak mau tiba tiba ada binatang melata yang menyerang khususnya malam hari, tetap gunakan headlamp jika berada diluar tenda.


Karena tidak ada ada pepohonan, angin menampar tenda cukup keras, barang barang yang ringan harus diselamatkan kedalam tenda. Angin kencang tapi anehnya udaranya sangat panas, gerah sekali aku sampai melepas jaket dan celana panjangku. Ingin membuka jendela tenda tapi takut ada binatang yang masuk dan nyamuk yang merajalela (jangan lupa bawa autan) jadi mau tidak mau bertahan di udara seperti itu, pasrah pada angin ciptaan dari kipas darurat dan berharap akan mulai membaik saat menjelang pagi.

Semburat jingga menyambut di depan mata saat mengintip keluar tenda, matahari seolah-olah muncul dari dalam lautan, melukiskan berkas berkas cahaya dengan laut sebagai kanvasnya,  pesona alam yang sangat memukau

Untuk melihat pemandangan yang lebih bagus kita bisa naik ke puncak bukit pulau ini, yang seolah olah berupaka gundukan tanah di dalam pulau ini. Bukit tersebut tidaklah terlalu tinggi, tetapi kakiku terseok seok saat mulai mendaki.

Seperti biasa, oleh oleh naik gunung, cidera otot. Tidak ada yang perlu dikejar, jadi kupaksakan melangkah walau perlahan karena aku tidak mau ketinggalam moment di atas puncak tersebut. Dari atas puncak ini kita bisa melihat pemandangan 360" dari pulau ini, tidak ada pohon pohon yang memblock pemandangan. Pulau pulau yang lain pun terlihat jelas dari sini, bahkan gunung rinjani bisa terlihat jika tidak sedang tertutup kabut.

Belum juga pukul 8 pagi, tetapi cuaca sudah sangat panas. Tenda harus segera dipindah ke bawah pohon di dekat pantai, sebelum kita terpanggang didalamnya. Menuruni puncak bagiku bahkan lebih berat daripada saat naiknya, kakiku meringis setiap kaki melangkah turun. Cuaca panas, angin pun sangat pelit untuk berhembus memberikan kesegaran, solusi terbaik adalah nyemplung di laut. Hanya kami bertiga yang snorkling sementara Debi tidak pede karena tidak ada pelampung. Yang takut berenang pastikan bawa pelampung ya, tidak ada penyewaan disini bahkan di seputar dermaga aku juga tidak lihat, entah kalau bisa sewa pelampung si bapak yang punya kapal.

Alam bawah lautnya sangat menakjubkan seperti hamparan permadani berwarna pink tua. Ikannya beragam, banyak sekali ikan-ikan yang unik-unik dengan warna warna yang indah yang tidak pernah aku temukan saat snorkling di tempat lain. Dan satu lagi yang membuat aku jatuh cinta adalaah air lautnya tidak lengket di kulit dan tidak terasa kasar di rambut, seperti mandi di air tawar biasa, benar benar keren.

Aku dan Harry berenang agak jauh dari tepi pantai dan menemukan hamparan karang yang masih sangat bagus dan aku pun ingin Pampam melihat ini dan memanggilnya untuk berenang ke arah kami. Perlahan Pampam pun maju tetapi ia tak kunjung datang malah dari jauh aku melihat Pampam sedang dilanda panik, seolah olah ia akan tenggelam. Kuatir kalau tiba-tiba kaki Pampam keram, aku meminta Harry untuk menolongnya dan ternyata oh ternyata si Pampam memang benar benar panik karena kakinya sudah tidak bisa menyentuh dasar lagi dan kami baru tahu kalau dia tidak bisa berenang dengan lancar. Nekatkah ? Atau tak punya rasa takut? Pampam katanya cukup pede kalau snorkling di laut tanpa pelampung dengan catatan dia masih bisa menginjak dasar. Okay, sepetinya Pampam bisa berenang tetapi tidak bisa water trap. Dan hebatnya lagi, setelah kejadian itu dia masih tetap snorkling di tepi yang kakinya masih bisa menginjak dasar laut.
Sesuai dengan kesepakatan si Bapak kapal menjemput kami jam 10, membawa kami kembali ke Pato Tano. Di sekitar pulau Kenawa ada juga Pulau Paserang yang bisa dikunjungi,sayang waktu kami terbatas karena hari ini kami harus menuju kota Sumbawa.

4 comments

Comment Author Avatar
July 15, 2017 at 7:55 AM Delete
MasyaAllah, kenawa. Cakep bener.
Suka banget dengan foto2 lansekapnya.
apalagi bisa camp di sini. Menanti baskara yang beranjak tinggi. Duh, syahdunya.

Oke, ini masuk list untuk dikunjungi tahun ini!
Comment Author Avatar
natalenaputri
July 21, 2017 at 7:06 AM Delete
Iya, bawah lautnya juga keren banget. Mudah-mudahan tetap terawatt.
Comment Author Avatar
Endah Kurnia Wirawati
July 16, 2017 at 5:03 PM Delete
kenawa cantik yaa..
sayang sekali belum berkesempatan kesana..
Comment Author Avatar
natalenaputri
July 21, 2017 at 7:06 AM Delete
Saya juga pengen lagi mba.