Hello my new friends, the Adventurous Community Sumbawa
Table of Contents
Bis yang kami tumpangi agak besar dan untungnya tidak terlalu penuh, pandangan mata penumpang terfokus kepada kami saat kami menaiki bis dengan tas besar di punggung, mungkin heran karena dua wanita imut seperti kami mengendong tas hampir sama besar dengan badan kmi. Bis berjalan cukup pelan, sepertinya pak supir masih mencari penumpang lain. Badanku rasanya meleleh setiap kali bis berhenti untuk mengetem, mungkin karena di Sumbawa ini mataharinya tujuh (katanya), menekankan bagaimana panasnya Sumbawa plus tidak ada semilir angin yang bertiup.
Bayangkan kami akan berada dalam kondisi ini 6-7 jam kedepan. Walaupun ini transportasi umum, kita masih bisa turun sebentar untuk meluruskan kaki atau sekedar membeli makanan dan minuman, kebetulan pak supir hobby mengetem di warung. Perhentian yang paling bagus adalah di depan warung penjual jagung rebus unik di pinggir jalan. Jagungnya kecil dan imut yang berwarna kuning pucat yang rasanya manis sekali dan yang paling hebat adalah dengan uang Rp. 5.000 kita sudah bisa membawa pulang 7 buah jagung rebus.

Bis menurunkan kami di terminal Sumbawa, kami belum melihat sosok Mba Echii, soalnya tidak ada perempuan yang menunggu di terminal kecuali ibu penjaga warung. Ojek ojek langsung menghampiri, menawarkan jasa mereka, untungnya mereka tidak seagresif calo yang di dermaga tadi atau supir mobil yang di Aceh. Menurut informasi harga normal ojek ke hotel di pusat kota sekitar Rp 10.000 - Rp. 20.000 tergantung kepintaran kita nego.
Mba Echi datang dengan mengendarai motor, jadi tiga orang dari kami akan naik ojek sementara yang satu lagi nebeng dengan Mba Esti. Terminal - hotel kami bayar Rp. 20.000/orang, kami tidak sempat nego. Hotel kami cukup nyaman dengan harga yang lumayan murah, model kamarnya seperti pavilliun. Bang Ian, seorang senior di Adventurous Sumbawa datang tak lama kemudian, sharing mengenai kota Sumbawa dan juga tempat tempat wisata yang belum banyak terexplore di Sumbawa, komunitas ini sedang giat-giatnya mempromosikan alam Sumbawa.
Sore ini kami akan nongkrong dengan beberapa anggota komunitas Adventurous Sumbawa lainnya di pantai Jempol, yaitu salah tempat nongkrong anak muda di tepi pantai, disini kita juga bisa menyaksikan sunset. Banyak warung penjual makanan dan minuman disini, jadi nggak usah takut kelaparan. Selain ngobrol ngobrol ringan, kami juga diskusi mengenai keberangkatan kami besok ke Moyo. Teman teman adventurous lainnya juga sangat membantu, ada yang memberikan contact untuk penginapan, ada juga yang sharing pengalaman mereka waktu ke Moyo dan juga informasi lainnya. Kami benar benar terbantu dan sangat terharu.
Setelah beberapa kali Bang Ian mendial beberapa nomor handphone, akhirnya kami pun mendapatkan kapal yang bisa mengantarkan kami ke Moyo dan akhirnya kami pun bias mengisi perut dengan perasaan lega. Untuk makan malam kami meminta dibawa ke tempat makan khas Sumbawa dan kami pun dibawa ke salah satu tempat makan yang katanya terkenal, makan ikan sepat dan ikan sira padang, mirip mirip pindang ikan dari Palembang.
