Berkunjung ke Ora Eco Resort Pulau Ora, Ambon
Table of Contents

Hari ini adalah hari terakhir kami di pulau ini, sebenarnya berat untuk pergi tetapi nasib anak kantoran seperti kami ini pastinya cuti dan uang tentunya. Masih ada waktu beberapa jam sebelum jadwal pulang kembali ke Ambon, akan kami isi dengan berkunjung ke resort tetangga yang sudah sangat terkenal, yaitu Ora Eco Resorst.
Walaupun kita tidak menginap disini, kita tetap bisa kok berkunjung kesini. Menurut Pak Fakhrul biasanya diminta uang masuk per kapal, tetapi karena kami menginap di Kakatua jadi tidak perlu bayar, karena menurut Pak Fakhrul mereka kadang kadang berkerja sama jika saling membutuhkan kamar tambahan.
Ora Eco Resort ini merupakan yang pertama di Pulau Ora ini dan sudah menjadi icon Pulau Ora, sehingga pastinya kamu akan menemukan banyak sekali photo resort ini di iklan komersill, di internet maupun blogger lainnya.
Tak perlu menyebur ke laut, kamu sudah bisa melihat keindahan karangnya khususnya saat air sedang surut. Berbeda dengan Kakatua bungalow, di Ora Eco Resort ini air lautnya lebih jernih dan bersih, membuat kita ingin langsung terjun dan berenang.
Karena pengaruh angin barat air laut sangat surut, dari dermaga Ora Resort kita sudah bisa melihat karang-karang dan ikan ikan yang berenang di laut. Rasanya ada sesuatu yang kurang kalau tidak terjun ke laut, jadi saya dan Rinda memutuskan untuk snorkeling di sekitar dermaga, menghilangkan rasa penasaran.
Karang di seputaran resort Ora memang bagus, khususnya di dekat dermaga tetapi saat saya berenang menjauhi dermaga, karang karangnya sudah tidak begitu bagus. Salah satu keunggulan dari Ora Eco Resort ini adalah pantainya yang luas dan berpasir putih, pesona bawah lautnya yang bisa langsung kita lihat dari atas penginapan ataupun sambil menikmati sarapan.
Di sekitar Kakatua Bungalow kebetulan ada penduduk yang sedang mengolah sagu, jadi kami pun mengambil kesempatan ini untuk langsung melihat sendiri, belum tentu ada kesempatan kedua seperti ini.
Setelah pohon sagu mereka tebang, pohon sagu tersebut dikupas kulitnya dan bagian dalam dari pohon tersebut diparut dengan alat khusus, seperti gergaji. Hasil parutan tersebut kemudian dicampur dengan air yang sudah diberi larutan khusus, diaduk aduk agar pati dari paruran itu keluar, kemudian dialirkan, disaring dan ditampung dalam wadah pengendapan.
Hasil saringan diendapkan kurang lebih 12 jam dan kemudian hasil endapan dikeringkan, lalu kemudian digiling untuk menjadi tepung sagu. Proses yang mereka lakukan disini masih sangat tradisional, wadah pengendapan pun dibuat seadanya. Beruntung kami bias menyaksikan langsung pengolahan pohon sagu tersebut.
Pukul 10.45 pagi kami sudah siap memulai perjalanan panjang kembali ke Ambon. Sayang sekali untuk kedua kalinya, Pintu Angin yang merupakan salah satu spot untuk berfoto dengan background Pulau Ora tidak kelihatan karena terutup kabut asap.
Seru bisa lihat pengolahan sagu, nyicipin rasanya juga nggak mbak?
Di tempat tersebut ga bisa dicicip mba, soalnya masih mentah. tapi pas di pantai netsepa banyak yang jual sih kalo mau nyicip