Hitching dan Main Hujan ke Gunung Batu Jonggol

Table of Contents
Ide ke Gunung Batu ini tiba tiba muncul setelah melihat posting foto-foto kece di instagram, pemandangan dari puncaknya tampak bagus dengan gugusan bukit bukit hijau di sekelilingnya. Dari Jakarta ke Jonggol lebih nyaman naik feeder bus Citra Indah (Jakarta-Jonggol, Rp. 16.000) tetapi karena kami ketinggalan bis akhirnya aku dan Esti naik bis/APTB ke daerah Cileungsi (Rp. 17.000), minta diturunkan di pool bis yang menuju Jonggol.

Di pool ini banyak angkot berwarna biru (tidak sempat liat jurusan mana saja) dan ada 1 bis tujuan Jonggol tanpa ac yang siap berangkat (ongkos Rp. 15.000), kita minta agar diturunkan di persimpangan Cariu. Bis sempat berhenti agak lama di sebuah warung (aku hampir mau ditinggal karena penjaga warung kelamaan ngambilin air panas buat pop mie-ku) dan Esti sempat bercerita mengenai tujuan kami. Dan karena si bapak supir sudah tahu tujuan kami, dia malah menurunkan kami di persimpangan setelah persimpangan Cariu (yang ternyata namanya desa Dayeuh), katanya dari sini lebih gampang ke Gunung Batu, ternyata banyak ojek yang ngetem (katanya sih tarifnya 60rb-80rb).

gunung batu
Tidak seorangpun dari kami pernah ke Gunung Batu ini, agak merasa "keberatan" naik ojek (setelah mempertimbangkan jauhnya, sebenarnya  naik ojek bisa dipertimbangkan, nggak semua nekat jalan kaki dan hitching seperti kami kan?) dan kami "nyasar" dari info yang sudah didapatkan kami pun memutuskan untuk hitching sambil berjalan santai. Entah sudah berapa km kami berjalan dan entah sudah berapa banyak mobil yang kami coba kami hentikan, tetapi kami belum beruntung sampai akhirnya sebuah mobil pick up kosong menjadi penyelamat kami, berlari lari mengejar pick up.

Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan kami diturunkan di sebuah pertigaan, katanya kedua jalan tersebut menuju Gunung Batu, kami disuruh memilih (kaya milih pacar ya). Kami memilih  jalan yang di kiri dengan pertimbangan lebih ramai, awalnya aku pikir trekking 1 jam ke puncak Gunung Batu telah dimulai tapi ternyata kami masih sangat jauh, perjuangan masih panjang. 
gunung batu jonggol
Dari persimpangan ini kami mulai berjalan kaki jam 11.25, sekitar 20 menit kemudian kami sampai di persimpangan desa Mengker, ada SD Mengker di persimpangan ini (dari info seharusnya kami naik angkot merah sampai disini jika benar turun di persimpangan Cariu) dan dilanjutkan dengan menyewa pick up (Rp 250rb PP) atau ojek (Rp. 60rb), tetapi tidak ada yang standby, mungkin harus bertanya pada orang sekitar. Kami masih pede mau melanjutkan dengan berjalan kaki dan tiba tiba ditengah jalan hujan pun membasahi bumi. Kami berhenti? Ya tentu saja, buat pakai payung sama jas hujan sih. Sekitar setengah jam berjalan kami mendapatkan tumpangan pick up lagi bersama anak anak SD yang baru pulang sekolah, lumayan dapat tumpangan lagi sekitar 20 menit.
Di tengah hujan yang masih engan berhenti kami asyik melanjutkan perjalanan kami yang bisa dibilang agak gila, kami bermain dengan genangan air hujan yang berwarna coklat di jalanan, cerita tdan ketawa ketawa tiada henti (agak lebay) di tengah jalan dan masih berusaha mendapatkan tumpangan selanjutnya (walo kali ini kami tidak beruntung), sepertinya cuma kami berdua yang nekat jalan dibawah guyuran hujan, kami juga melewati aliran sungai yang berwarna coklat (mungkin karena musim hujan ya) dan ada bangunan villa yang sedang dibangun.
kabut gunung batu

Gunung Batu ini juga merupakan nama desa di daerah ini, jadi jangan heran kalau melihat petunjuk jalan "Gunung Batu 1,Gunung Batu 2, Gunung Batu 3". Untuk menuju gerbang pintu masuk kami mengikuti petunjuk jalan yang mengarah ke "Gunung Batu 1 dan 2", dan akhirnya kami sampai juga di pintu masuk sekitar jam 1 siang, ada beberapa warung disini. Si pemilik warung dengan ramahnya menanyakan asal kami, transportasi kami tadi menuju kesini dan lain lainnya (orang Indonesia memang ramah kan). Dan setelah tahu tahu bahwa kami jalan kaki, nebeng pick up, seorang pria di warung tersebut (entahlah dia siapa_ malah ngegosipin kami dengan temannya di handphone pakai bahasa Sunda, sepertinya kami jadi selebriti (nggak ngerti detail sih, tapi secara inti tahulah maksudnya).
gunung batu jonggol

Karena hujan yang tidak berhenti calon pendaki yang sudah sampai dengan mobil mereka akhirnya turun kembali, tinggal kami berdua dan sepasang kekasih (main tebak aja). Kabut tampak menutupi gugusan bukit di sekitar Gunung Batu, kami terpaksa kami membatalkan untuk mendaki karena tebalnya kabut pasti akan mengganggu jarak pandang belum lagi tanah dan batu yang sangat licin karena hujan, sementara pasangan tersebut meneruskan perjalanan.
gunung batu jonggol

Belum ada tebengan untuk turun ke bawah, mobil pribadi yang kami coba hentikan belum juga membuahkan hasil hingga akhirnya kami menemukan mobil truck setelah 15 menit berjalan kaki dan dia tidak keberatan untuk membawa kami berdua (di depan lagi, jadi tidak kena hujan) ke daerah Cileungsi.
gunung batu jonggol

Rute pulang ini agak berbeda dengan rute naik tadi (lebih jarang penduduk), kami melewati beberapa air terjun mini yang jatuh dari tebing tebing bukit di pinggir jalan, kami juga bisa melihat aliran sungai yang sama waktu kami naik, yang menurut info supirnya biasanya berwarna putih jernih kalau tidak musim hujan. Sempat melihat spanduk kalau ada pintu lain/lokasi lain untuk melakukan panjat Gunung Batu dekat sini tapi saying kita nggak bisa lihat info detailnya.

Setelah perjalanan sekitar 2 jam akhirnya kami sampai juga di Cileungsi, masih ada waktu 20 menit untuk menunggu bis Citra Indah ke Jakarta. Hari ini kita belum berhasil naik ke puncak Gunung Batu, tapi perjalanan ini sangat menyenangakan, bukannya sebuah perjalanan itu bukan selalu mengenai tujuannya tetapi lebih kepada pengalaman dan kenangan dalam perjalanan tersebut.

8 comments

Comment Author Avatar
natalenaputri
December 16, 2015 at 12:33 PM Delete
@ A Prakoso : Lebih romantis lagi kalau sama pacar ya hahahhaha. Iya, pengen kesana lagi, mungkin habis musim hujan lah ya
Comment Author Avatar
natalenaputri
December 16, 2015 at 12:35 PM Delete
@Afrianti : biasanys sih begitu ya, yang dekat dekat kita malah belum dikunjungi karena mikirnya, aaah besok bisa sampai akhirnya sudah terlalu terkenal hehehe.
Comment Author Avatar
December 17, 2015 at 1:56 AM Delete
Wah jadi ngilerr.. foto2nya seru.. apalagi di sana bisa liat artefak..

Kapan ya bisa ke sana. Mba klo ke sana colek2 ya..
Comment Author Avatar
natalenaputri
December 18, 2015 at 7:30 AM Delete
Rencanya tahun depan mau kesana mba, mungkin sekitar Januari atao Feb lah. Nunggu musim hujan kelar dulu, saying soalnya. Boleh ntar kita colak colek
Comment Author Avatar
estiwahyutama
December 20, 2015 at 12:31 AM Delete
Hahahahaha... Judulnya bombastis, ka! Pas banget sama keadaan kita waktu itu. Nama desa yang kita turun itu Dayeuh? Makasi ya... Mau nulis tapi ga tau namanya XP. Hehehehehe... Musim kemarau ok juga kalau mau naik lagi, tapi lebih baik pakai cara aman ya... Kemarin kita gambling banget tuh! Untung banyak orang baik yang mau ditumpangi XP.
Comment Author Avatar
natalenaputri
December 23, 2015 at 7:17 AM Delete
@esti: Kan dari awal kena hujan langsung terinspirasi judulnya hahahaha. Sepertinya itu sih namanya Ti, ingat ingat lupa kmrn, tapi berhasil aku google hahahaha. Iya, next musim kemarau kita charter aja ya, tapi at least mo nya 4 or 5 orang biar budgetnya ngk bengkak
Comment Author Avatar
Anonymous
December 16, 2016 at 9:49 PM Delete
Punya contact number sewa pick up di daerah sana kak?
Comment Author Avatar
Anonymous
December 17, 2016 at 11:16 AM Delete
Wah keren cerita perjalannya kak.
Btw,punya contact number sewa pick up ke gunung batu kak?