Menangis di Marakesh - MAROKO
Table of Contents
Jadi, saya tidak membooking hostel di Marrakesh melalui platform online karena
seorang teman dari Indonesia kebetulan sudah stay di sebuah hostel dan
menginformasikan bahwa booking langsung sedikit lebih murah. Jadi saat saya
sampai saya membayar satu malam karena belum ada tanggal yang pasti kapan
rencana ke Sahara.
Singkat cerita, trip Sahara direncanakan dua hari kemudian dengan beberapa teman
dari hostel jadi pagi-pagi sekali sebelum sarapan, saya dan seorang roomate dari
Jepang menginformasikan ke pihak hostel untuk extend 1 malam lagi dan pihak
hostel pun mengiyakan.

Jadi saya pun sarapan dengan santai. Sekitar jam 10 pagi,
satu jam sebelum check out time, saya ingin melakukan pembayaran untuk me-secure
bookingan sebelum saya keluar untuk explore kota Marrakesh. Tapi kamu tahu apa
yang terjadi? Mereka tiba tiba bilang bahwa tidak ada bed kosong yang tersedia.
Hanya sekitar 45 menit sebelum check out time sementara saya belum ready sama
sekali untuk check out. Kesal! Saya sangat kesal. Setelah melampiaskan emosi,
mengeluarkan uneg-uneg tentang betapa unprofesionalnya mereka. Saya pun
meninggalkan hostel dengan memasang muka "hostel di Marrakesh bukan hostel ini
saja, aku bisa mendapatkan hostel yang lebih baik, so jangan belagu."
Untungnya
seorang teman membawa saya ke hostel yang lumayan bagus di daerah Djema El Fna.
Tidak hanya 1 kali, issue dengan hostel ini terjadi lagi sepulang saya dari trip
Sahara.
Jadi, tidak ingin ribet mencari hostel baru lagi sepulang dari Sahara
trip saya pun membooking hostel ini lagi 1 malam langsung ke recepsionist agar
saya juga bisa meninggalkan backpack besar saya. Saya menawarkan untuk melakukan
pembayaran tapi mereka menolak dan mengatakan "it is okay, you can pay later".
So tanpa ada firasat buruk saya pun berangkat.
Saya tiba di hostel sekitar jam 9 malam, sudah membayangkan akan mandi dan tidur
dengan nyaman malam ini. Tapi saat sampai di hostel mereka bilang hostel penuh
dan akan mencarikan hostel yang baru. Tentu saja saya mengomel, melampiaskan
kekecewaan saya. Lalu mereka pun sibuk menelepon sana sini mencari kamar kosong
buat saya, sementara saya duduk menunggu. Amarah, kesal,dan emosi menguasai saya.
Kurasakan mataku mulai berair dan saat mereka menyampaikan bahwa mereke
menemukan hostel tetapi harus jalan sekitar 15 menit, tangis saya pun pecah.
Saat itu yang saya pikirkan adalah, kenapa hal ini terjadi untuk kedua kalinya,
berturut turut pula. What is wrong?? Dari awal saya harus mengumpulkan semua
keberanian untuk ke negara ini, dan baru beberapa hari disini kenapa saya harus
mengalami hal ini? Mungkin mereka menjadi kasihan atau takut akhirnya mereka
menawarkan 1 bed di lantai 2, yang menurut mereka, tamu itu tidak jadi check in
malam ini tapi akan sampai besok pagi.
Dengan masih terisak isak aku meminta
mereka mengantarkan saya ke hostel pengganti karena saya tidak mau mengambil hak
orang lain. Tapi mereka insist bahwa saya tidak mengambil hak orang lain, jadi
dengan pasrah saya pun dibawa ke lantai 2, kamar dormitory dengan 6 bed yang
sangat kecil. Roomate yang kebetulan belum tidur menyampaikan rasa prihatinnya dan bilang, sebenarnya kamar ini adalah kamar untuk para staf. Entahlah maksudnya bed saya ini atau kamar ini. Tapi saya sudah tidak ada pilihan, saya sudah terlalu lelah untuk
complain ataupun pindah hostel. Biarlah 1 malam saja, besok saya akan pindah
hostel lagi. Baca juga :
Dua minggu di Maroko, kemana saja?

Post a Comment